Rabu, 22 Februari 2023

Bahaya Penyakit Demam Berdarah & Upaya Pencegahannya

 Assalamu'alaikum semuanya.. 

Tidak terasa saat ini sudah hampir memasuki bulan ke-tiga ditahun 2023. Gimana keadaan kalian semua? Semoga sehat-sehat selalu yaa.. 

Anyway, dari Lebaran beberapa bulan yang lalu sampai skarang tuh cuaca di Pondok Gede kayak lagi gak karuan gitu deh. Kalian gitu juga gak sih? Sebentar panas, sebentar hujan. Kalau lagi panas udara tuh kayak beneran sumuk banget!  Udah pasang AC pun rasanya masih gerah dan panas gitu. Gak berasa dinginnya. Bahkan ya, kalau hujan pun rasanya tetap gerah. Satu hari rasanya gak cukup mandi 2x, Mamiyu bisa mandi lebih dari 3x saking gerah nya. Parahnya lagi, selain cuaca yang tidak menentu, keberadaan nyamuk juga agak ganggu. Kayak yang lagi banyak banget gitu! Sama gak? Apa lagi malam. Ya ampuuuunnn ganggu banget, bikin gak nyaman buat tidur, Anak-anak juga jadi rewel. 

Jadi keingetan waktu hampir sebulan lebih Papa di RS. Kan kalau di ruang ICU itu gak bisa ditungguin di dalam ruangan ya, tapi wajib ada satu orang yang standby menginap di RS. Selama Papa di ruang ICU, banyaaaakkk banget dapet cerita yang menyadarkan Mamiyu untuk benar-benar besyukur karena menjadi sehat. Jadi ingat, waktu pertama kali Papa dibawa ke RS. Sempat ditolak sama 2 RS karena ruang IGD penuhhhh. Alhamdulillah di RS ketiga, masih kebagian bad di IGD. Itu pun gak lama Papa masuk IGD, langsung penuh semua bad terisi orang yang sakit. Dari beberapa kasus yang ada, ternyata banyak pasien yang kena DBD (demam berdarah). 



Menurut WHO, penyakit DBD ini sering dijumpai di kawasan negara beriklim tropis ataupun subtropis, terutama Asia Tenggara dan kepulauan Pasifik, termasuk di Indonesia. Sejauh ini, jumlah kasus dengue (demam berdarah) di Indonesia masih tergolong tinggi. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), dari awal tahun hingga per tanggal 12 April 2022 mencapai 32.213 kasus dan jumlah meninggal dunia mencapai 323 orang. Mengerikan ya, tentunya kesadaran serta partisipasi masyarakat dalam upaya pencegahan penyakit DBD di lingkungan sekitar menjadi bagian yang penting dalam menurunkan tingkat kasus DBD.

Penyakit demam berdarah disebabkan oleh virus dengue yang dibawa nyamuk Aedes, khususnya Aedes aegypti. Satu gigitan saja dari nyamuk ini bisa membuat manusia terkena penyakit demam berdarah

Pemerintah telah menargetkan penurunan angka kematian akibat dengue menjadi 0,5% pada 2025 dari 0,9% di tahun 2021. Dan juga Pemerintah terus melanjutkan kampanye pencegahan DBD melalui program 3M plus – (Menguras, Menutup, Mendaur Ulang) berikut berbagai kegiatan pencegahan lainnya seperti memelihara ikan pemakan jentik, memasang kawat di pintu dan ventilasi serta memberikan larvasida di tempat penampungan air. Namun demikian, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi masyarakat di tengah pandemi seperti saat ini adalah membedakan gejala penularan COVID-19 dan DBD.

Kira-kira, apa saja ya upaya pencegahan penyakit DBD? Apa lagi gejalanya DBD agak mirip-mirip dengan Covid19. Karena penasaran, akhirnya Mamiyu cari tau nih tentang DBD ini. Mengingat anak-anak Mamiyu juga masih pada kecil-kecil. Amit-amit, jangan sampai deh ya bersentuhan sama DBD ini.

Cara Membedakan Gejala Covid-19 dan DBD

Gejala DBD beneran mirip dengan gejala COVID-19, yaitu seperti :
✅ demam tinggi,
✅ nyeri di sejumlah bagian tubuh,
✅ lesu,
✅ muncul ruam.

Untuk itu, orangtua memiliki peran yang sangat penting dalam mencermati dan mengenali beberapa tanda bahaya DBD. Untuk lebih memastikan lagi, kita juga harus melakukan pemeriksaan darah sehingga ada konfirmasi diagnosa bahwa ini adalah demam berdarah dan bukan Covid19.

Fase Penyakit Demam Berdarah

Ternyata ada yang terkena penyakit DBD tapi tidak menunjukkan gejala sama sekali. Kalaupun ada, gejalanya biasanya ringan. Misalnya kayak demam biasa gitu. Tapi ada juga yang mengalami gejala infeksi berat hingga membuat jiwanya terancam. Pada umumnya penderita melewati tiga fase penyakit demam berdarah yaitu : Fase Demam, Fase Kritis, dan Fase Pemulihan.¹

*sumber ¹ :
https://jbiomedsci.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12929-022-00833-y


Fase Demam - disebut juga sebagai febrile phase.²

Dalam fase ini, ditandai dengan naiknya suhu tubuh hingga mencapai 40 derajat Celsius dan munculnya bintik atau ruam merah pada kulit. Demam tinggi ini biasanya dialami 2-7 hari dan diikuti turunnya sel darah trombosit. Suhu tubuh bisa tiba-tiba turun pada hari ketiga hingga keempat, lalu naik lagi secara mendadak pada hari berikutnya. Demam bifasik ini sering disertai dengan gejala lain, misalnya :
✅ Muntah-muntah
✅ Sakit kepala
✅ Nyeri otot, tulang, dan sendi
✅ Badan lemas
✅ Sakit tenggorokan

*sumber ² :
https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/memahami-demam-berdarah-dengue-bagian-2


Fase Kritis atau Critical Phase

Dalam fase kritis ini, orang yang terkena penyakit DBD kerap lalai dan berisiko kehilangan nyawa. Sebab, pada fase ini suhu tubuhnya menurun dan gejala demam tak lagi terasa. Yang tak disadari adalah terdapat potensi kebocoran plasma darah dan perdarahan di tubuh penderita, termasuk di hidung dan gigi, hingga memicu syok dan membuat nyawanya terancam. Harusnya jika sudah mengalami fase ini, sudah masuk Rumah Sakit untuk penanganan lebih lanjut. Penderita DBD di Rumah Sakit menjalani pemantauan dan pemeriksaan secara detail, terutama cairan di dalam tubuh. Ini penting ya gengs, bisa fatal banget kalau sampai dehidrasi. 

Fase kritis ini biasanya terjadi sekitar tujuh hari sejak gejala awal demam. Dalam fase ini, kurang lebih berlangsung selama 24-48 jam. Bila penderita DBD gak mendapat penanganan yang tepat, kondisinya akan makin parah dan jiwanya tak terselamatkan.¹

Fase Pemulihan - Recovery atau Convalescent Phase

Penderita DBD masuk masa pemulihan yang berlangsung selama 48-72 jam sesudah fase kritis. Meski disebut fase pemulihan, sebenarnya belum sepenuhnya aman. Cairan dalam tubuh hatus terus dipantau supaya gak kurang ataupun berlebihan. 

Penderita DBD sangat dianjurkan untuk minum banyak air putih dan beristirahat total. Nafsu makan biasanya sudah membaik pada fase ini. Tapi masih bisa diberikan infus bila dirasa perlu untuk menjaga kondisi penderita DBD. Trombosit biasanya akan naik hingga mencapai batas normal pada fase ini hingga pulih total. 

Memasuki kuartal terakhir 2022, penyebaran penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes Aegypti ini diperkirakan akan memuncak saat curah hujan mulai tinggi sekitar bulan Oktober hingga November. Karena itu, Takeda, perusahaan biofarmasi terkemuka, hari ini menyelenggarakan diskusi media bertema “Waspada Penyebaran Dengue di Tengah Musim Hujan” guna meningkatkan kesadaran publik dalam mengantisipasi dan mencegah penyebaran dengue di tengah musim penghujan. Diskusi yang digelar secara daring ini turut menghadirkan Kemenkes RI, dokter spesialis anak dan dokter spesialis penyakit dalam. 

Pemerintah telah memetakan penanganan DBD melalui Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021-2025 yang berfokus pada 6 langkah strategis. Salah satu langkah strategis yang dikedepankan Pemerintah adalah inovasi karena merupakan kunci keberhasilan dalam upaya pencegahan penyebaran DBD. Yaitu :

✅ Penguatan manajemen vektor yang efektif, aman, dan berkesinambungan. 

✅ Peningkatan akses dan mutu tatalaksana dengue

✅ Penguatan surveilans dengue yang komprehensif serta manajemen KLB yang responsif. 

✅ Peningkatan partisipasi masyarakat dan institusi yang berkesinambungan. 

✅ Penguatan kebijakan manajemen program, kemitraan, dan komitmen pemerintah. 

✅ Pengembangan kajian, penelitian, inovasi, sebagai dasar kebijakan manajemen program berbasis bukti. 



Vaksinasi Dengue bagi Anak-anak 

Pada anak, yakni rentang usia 5-14 tahun, gejala yang dialami juga tak ubahnya orang dewasa. Gejala yang dapat berlangsung selama 7 hari ini dapat mengancam jiwa di tiap jamnya. Hingga saat ini dengue tetap menjadi penyebab kematian cukup tinggi pada anak di Asia, termasuk Indonesia. 

Prof. Dr. dr. Hindra Irawan Satari, Sp.A(K)Spesialis Anak Konsultan Penyakit Infeksi  Tropis dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia - RS Cipto Mangunkusumo, mengatakan, “Melihat kecenderungan dengue yang meningkat dari tahun ke tahun, melakukan pencegahan penyakit dengue sedini mungkin merupakan langkah strategis dan vital yang harus dilaksanakan. Selain program 3M Plus, masyarakat juga perlu didorong untuk dapat melakukan vaksinasi dengue. Pencegahan inovatif ini merupakan sebuah upaya pencegahan yang terpadu,” Vaksin Dengue Tetravalen ini telah mendapatkan persetujuan dari Badan POM untuk setiap individu berusia 6 hingga 45 tahun, tanpa memperhatikan status dengue sebelumnya sehingga tidak diperlukan skrining. 


Perkembangan Studi Klinis

Berdasarkan studi klinis pivotal fase 3, efikasi Vaksin Dengue Tetravalen untuk mencegah dengue secara keseluruhan adalah sebesar 62% setelah tiga tahun.  Sementara efikasinya untuk mencegah rawat inap akibat virus dengue yakni sebesar 83.6% setelah tiga tahun. 

Takeda terus mengedukasi masyarakat akan bahaya demam berdarah, pentingnya upaya pencegahan demam berdarah serta mengajak masyarakat untuk bergabung dalam kampanye “Jentik Jari” yang menandakan semangat cegah demam berdarah dengan cermat. Pada bulan Juli 2022, Takeda meluncurkan website www.cegahdbd.com sebagai bagian dari upaya untuk menghadirkan informasi terkini terkait demam berdarah di Indonesia. 


Saatnya Tingkatkan Antisipasi Seiring Meningkatnya Kematian Akibat Dengue Sebanyak 816 Kasus di Awal Musim Hujan 

Pentingnya Inovasi Pencegahan Dengue untuk Mengantisipasi Peningkatan Kasus Dengue di Musim Hujan

๐ŸŒŸ Kasus demam berdarah cenderung meningkat pada pergantian awal musim hujan. Hingga pekan ke-36 di bulan September, kasus demam berdarah mencapai 87.501 kasus dengan jumlah kematian akibat demam berdarah mencapai 816 kematian. 

๐ŸŒŸ  Pencegahan yang komprehensif terhadap dengue menjadi solusi penurunan angka kematian akibat dengue demi mencapai zero dengue death pada tahun 2030.

๐ŸŒŸ Takeda bersama dengan Kementrian Kesehatan, dan pada ahli mengajak masyarakat untuk bergabung dalam kampanye "Jentik Jari" Yang menandakan semangat cegah DBD dengan cermat. 




Gerakan Jentik Jari Sebagai Tanda Aware Dalam Pencegahan Penyakit Dengue

Takeda beberapa waktu lalu menyelenggarakan Diskusi Media guna meningkatkan kesadaran publik dalam mengantisipasi dan mencegah penyebaran demam berdarah. Menggandeng Kementerian Kesehatan Indonesia, Ikatan Dokter Anak Indonesia, dan Komunitas demam berdarah Indonesia, Takeda berkomitmen untuk bersama memberikan edukasi tentang bahaya penyakit demam berdarah dan juga upaya pencegahan yang bisa dilakukan demi meningkatkan perlindungan diri terhadap bahaya demam berdarah

Pada kesempatan ini, Takeda mengajak masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam upaya waspada demam berdarah dengan melakukan posting foto “Jentik Jari”, yang menandakan bahwa kesadaran akan bahaya demam berdarah perlu ditingkatkan, dan bahwa demam berdarah ada di sekitar kita. 

Sementara itu, pencegahan demam berdarah yang paling efektif dan efisien sampai saat ini adalah kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus, yaitu :

๐ŸŒธ Menguras,

adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampung air lemari es dan lain-lain.

๐ŸŒธ Menutup,

yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air  seperti: drum, kendi, toren air, dan lain sebagainya.

๐ŸŒธ Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular Demam Berdarah.  

Sedangkan yang dimaksud dengan Plus adalah segala bentuk kegiatan pencegahan lainnya seperti :

✅ Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan, misalnya water toren, gentong/tempayan penampung air hujan, dan lain-lain. 

✅ Menggunakan kelambu saat tidur, memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk, menanam tanaman pengusir nyamuk, menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi tempat istirahat nyamuk, dan lain-lain. 

✅ Menggunakan anti nyamuk semprot maupun oles bila diperlukan.

dr. Erni Juwita Nelwan, PhD, SpPD-KPTI, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Penyakit Tropik Infeksi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia - RS Cipto Mangunkusumo. Mengatakan : “Oleh karena itu, penting sekali seluruh lapisan masyarakat untuk melakukan upaya pencegahan demam berdarah, melalui 3M plus, hingga vaksinasi demam berdarah”.

Yuk, kalau kalian sudah menerapkan 3M Plus dan ikutan posting foto "Jentik Jari", share di kolom komentar, ya. Semoga kita semua dalam keadaan sehat dan terhindar dari penyakit demam berdarah. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon maaf, komentarnya dimoderasi dulu yaa.. ^_^
Buat teman-teman yang menulis komentar dengan disertakan link hidup atau berbau pornografi dan situs judi online, langsung Mamiyu hempaskan loh ya! Bhayy~
Terima kasih